Kementerian Keuangan mengungkapkan komitmennya untuk menjaga ketahanan fiskal Indonesia, sejalan dengan adanya peringatan dari International Monetary Fund (IMF) soal adanya kenaikan utang di negara-negara Asia di tahun ini.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu menjelaskan, ke depan IMF telah melihat berbagai risiko perekonomian global masih dominan, dengan potensi hard landing jika risiko semakin eskalatif.
Risiko utama berasal dari tekanan sektor keuangan, tekanan utang, eskalasi perang di Ukraina yang dapat memicu kenaikan harga komoditas, tingkat inflasi inti yang persisten tinggi, serta fragmentasi geoekonomi.
“Dalam menghadapi berbagai ketidakpastian, Pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang tinggi untuk melanjutkan berbagai kebijakan yang pruden namun tetap suportif dalam penguatan pondasi ekonomi,” jelas Febrio dalam siaran persnya, Jumat (14/4/2023).
Ketahanan fiskal Indonesia, kata Febrio sudah terjaga sejak 2022, di mana defisit APBN telah kembali ke level di bawah 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau satu tahun lebih cepat dibandingkan rencana awal.
Defisit APBN 2022 yang mencapai 2,38% dari PDB itu, kata Febrio diklaim sebagai sikap kehati-hatian dan kredibilitas pemerintah, di tenga peningkatan risiko global.
Meski demikian, APBN masih tetap memberi perhatian utama pada area-area vital seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan perlindungan sosial, akselerasi infrastruktur, peningkatan efektivitas desentralisasi fiskal, serta reformasi birokrasi.
“Ke depan, pemerintah Indonesia akan terus menjalankan kebijakan yang antisipatif dalam menghadapi turbulensi perekonomian global dengan tetap mengawal rencana pembangunan jangka menengah-panjang antara lain melalui melalui reformasi struktural,” jelas Febrio.
Adapun secara keseluruhan, IMF memproyeksikan ekonomi Indonesia untuk tahun 2023 mencapai 5%, naik 0,2% point dibandingkan proyeksi sebelumnya yang diperkirakan akan tumbuh 4,8%.
Sementara outlook ekonomi Indonesia oleh IMF untuk tahun 2024, diperkirakan akan lebih tinggi dari proyeksi ekonomi 2023, yakni bisa tumbuh 5,1%.
“Kenaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh IMF tersebut menunjukkan, Indonesia masih menjadi salah satu bright spot di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian,” jelas Febrio.
Lebih lanjut, Febrio mengatakan, sejalan dengan proyeksi IMF, perekonomian Indonesia terus menunjukan resiliensi dan penguatan. Sampai dengan Maret 2023, PMI Manufaktur Indonesia konsisten berada di level ekspansif selama 19 bulan berturut-turut, di saat PMI Manufaktur global masih di zona kontraktif.
Sebelumnya, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan, mengungkapkan, kebijakan fiskal di negara-negara Asia Pasifik, termasuk Indonesia, akan dihantui risiko terkait utang dan suku bunga yang tinggi.
“Tingkat utang publik di wilayah ini (Asia) meningkat secara signifikan dibandingkan sebelum pandemi,” ujarnya dalam Press Briefing Regional Economic Outlook Asia and Pacific, Kamis (14/4/2023) dini hari.
IMF melihat bahwa, sebagian besar pemerintah di negara-negara kawasan Asia akan memperketat anggaran fiskalnya di tahun ini dan tahun depan.
Namun, konsolidasi yang dilakukan mungkin tidak akan cukup untuk mengurangi tingkat utang. Diperparah dengan tingkat suku bunga yang sangat tinggi, sehingga beban utang semakin berat.
“Konsolidasi yang diproyeksikan mungkin tidak cukup untuk stabilkan utang, dan kenaikan suku bunga membuat beban utang semakin berat,” jelas Srinivasan.