Dukung Dedolarisasi, Presiden Brasil Beri Pesan ke RI Cs

Kandidat Luiz Inácio Lula Da Silva berbicara setelah terpilih sebagai presiden Brasil atas petahana Bolsonaro dengan selisih tipis pada putaran kedua di Intercontinental Hotel pada 30 Oktober 2022 di Sao Paulo, Brasil. (Getty Images/Alexandre Schneider)

Presiden Brasil Lula da Silva telah meminta negara-negara berkembang untuk berupaya mengganti dolar AS dengan mata uang mereka sendiri dalam perdagangan internasional.

Memulai kunjungan kenegaraan pertamanya ke China sejak menjabat pada bulan Januari, Lula meminta negara-negara anggota aliansi dagang BRICS, yang selain Brasil dan China termasuk Rusia, India, dan Afrika Selatan (Afsel), untuk membuat rencana mereka sendiri dalam menetapkan mata uang alternatif demi perdagangan.

“Setiap malam saya bertanya pada diri sendiri mengapa semua negara harus mendasarkan perdagangan mereka pada dolar,” kata Lula dalam pidato berapi-api di kantor bank BRICS, New Development Bank, dikutip Financial Times, Jumat (14/4/2023).

“Mengapa kita tidak bisa berdagang berdasarkan mata uang kita sendiri? Siapa yang memutuskan bahwa dolar adalah mata uang setelah hilangnya standar emas?”

Seruan Lula untuk melepaskan ketergantungan dolar sejalan dengan upaya Beijing yang meningkat untuk mempromosikan penggunaan renminbi dalam penyelesaian perdagangan komoditas lintas batas. Promosi melepaskan dolar juga telah didukung Rusia, yang saat ini dijatuhi sanksi Barat lantaran perang di Ukraina.

Terbaru, Brasil dan China telah sepakat untuk melakukan perdagangan dengan mata uang mereka sendiri, yuan dan real. Kesepakatan antara China dan Brasil sendiri bernilai sangat besar, dengan total menembus US$ 171,49 miliar. Artinya, ada permintaan dolar sebesar US$ 171 miliar yang hilang dalam perdagangan global.

Lula, yang juga berada di Shanghai untuk pelantikan anak didiknya, mantan presiden Brasil Dilma Rousseff, sebagai kepala New Development Bank yang baru, juga menyatakan negara-negara BRICS bukanlah pihak yang lemah. Maka itu, menurutnya, sulit untuk melakukan perdagangan jika hanya ada satu mata uang.

“Mengapa bank seperti Brics tidak dapat memiliki mata uang untuk membiayai hubungan perdagangan antara Brasil dan China, antara Brasil dan negara lain?,” pungkasnya.

Data dari platform pembayaran global Swift menunjukkan porsi perdagangan dengan yuan telah meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 4,5% sejak serangan Rusia ke Ukraina tahun lalu. Ini sebagian besar didukung oleh ledakan transaksi antara Rusia dan China.

Maggie Wei, seorang ekonom di Goldman Sachs, mengatakan ada alasan struktural untuk mengharapkan pertumbuhan pangsa keuangan perdagangan global China.

“Mengingat peran renminbi yang relatif kecil dalam pembiayaan perdagangan relatif terhadap pangsa pasar China sekitar 15% dalam perdagangan barang global. Masuk akal jika bagian mata uang dari pembiayaan perdagangan terus meningkat,” kata Wei.

Tetapi setiap upaya Brasil untuk menolak mata uang AS dalam waktu dekat akan menghadapi tantangan besar. Dolar telah menjadi tolak ukur komoditas global, yang mendorong penambang Brasil teratas seperti Vale untuk mempertahankan sebagian besar transaksi.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*