IMF Warning Asia Hadapi ‘Momok Seram’, Moneter Harus Ketat!

The International Monetary Fund (IMF) logo is seen outside the headquarters building in Washington, U.S., as IMF Managing Director Christine Lagarde meets with Argentine Treasury Minister Nicolas Dujovne September 4, 2018. REUTERS/Yuri Gripas

International Monetary Fund (IMF) mengungkapkan, negara-negara di kawasan Asia Pasifik diperkirakan akan sulit mengatasi persoalan ‘momok seram’ inflasi di tahun ini.

Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan mengungkapkan, inflasi diperkirakan masih sulit untuk mencapai pada titik sasaran target di bawah 3%.

Inflasi inti yang langsung menggambarkan interaksi permintaan dan penawaran atau supply-demand masyarakat, kata Srinivasan justru akan menjadi salah satu hal, yang membuat inflasi sulit ditaklukan.

“Gejolak inflasi inti masih ada dan menjadi pendorong inflasi utama, yang dapat menyebabkan inflasi dan tekanan upah yang lebih persisten,” jelas Srinivasan dalam Press Briefing Regional Economic Outlook Asia and Pacific, Kamis (14/4/2023) dini hari.

Perjuangan untuk menahan inflasi yang belum berakhir ini salah satunya karena, adanya gap atau kesenjangan output ekonomi di negara-negara di kawasan Asia. Terlebih depresiasi mata uang tahun lalu juga masih belum kembali pada level yang normal.

Oleh karena itu, menurut Srinivasan, kebijakan moneter disarankan untuk bisa ketat dalam waktu yang lebih lama.

“Mengingat risiko inflasi yang masih besar (terutama dipengaruhi inflasi inti), menurut kami kebijakan moneter di kawasan ini mungkin perlu diperketat lebih lama,” ujarnya.

Kendati demikian, terlepas dari adanya tantangan susah menaklukan inflasi, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik pada tahun ini pada kisaran 4,6% atau naik 0,3% dari proyeksi awal IMF pada Oktober 2022.

Revisi pertumbuhan ekonomi ke atas itu, disebabkan karena pembukaan kembali ekonomi di China. Oleh karena itu, IMF memperkirakan bahwa kawasan Asia-Pasifik akan menyumbang lebih dari 70% pertumbuhan global tahun ini.

“Kami melihat banyak dinamika yang kuat di tahun 2023. Hal ini terutama akan didorong oleh pemulihan di Tiongkok dan pertumbuhan yang kuat di India,” jelas Srinivasan

Pun, menurut IMF ekonomi China dan India akan mencapai sekitar setengah dari pertumbuhan global di tahun ini. Sementara pertumbuhan di sebagian besar negara kawasan lainnya, diperkirakan akan mencapai titik terendah pada tahun 2023.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*