TRIBUNJABAR.ID – Mahasiswa Pascasarjana Universtias Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD), Kota Bandung, asal Palestina menjadi tahanan Israel.
Kabar ini dibagikan oleh akun Instagram @wahyuaji80, beberapa waktu lalu.
Disebutkan bahwa nama mahasiswa tersebut adalah Mohammad Matar Adham yang berasal dari Gaza.
Pemilik akun juga mengunggah foto pria berbaju putih dengan mata tertutup kain yang diduga adalah Mohammad Matar Adham.
Dalam tangkapan layar percakapan WhatsApp yang dibagikan, mahasiswa tersebut telah ditahan selama 10 hari.
Sementara, ponsel milik Mohammad Matar dipegang oleh istrinya.
Pemilik akun mengatakan, Mohammad Matar Adham seharusnya sudah mulai belajar di UIN Bandung sejak semester lalu.
“Seharusnya @mohamd.90.2014 sudah belajar bersama kami di @pascasarjana_uinbdg sejak semester kemarin,” katanya, dikutip pada Kamis (8/2/2024).
“Ia diterima di dua universitas sekaligus, di Indonesia dan Malaysia,” sambungnya.
Pemilik akun menuturkan, mahasiswa tersebut sempat pulang ke kampung halamannya, Gaza, beberapa saat sebelum perang meletus.
Ia pulang untuk menemui keluarganya.
Ketika perang meletus, Mohammad Matar pun menjadi relawan sebagai perawat di salah satu rumah sakit.
“Ia rajin menyampaikan apa yang ia lakukan dan lihat selama menjadi perawat di sosial medianya,” tutur pemilik akun.
“Itulah satu-nya cara ia ikut memberi tahu dunia, terutama teman-temannya di Indonesia, apa yang sedang terjadi di sana, di lapangan sebagai warga sekaligus sukarelawan kesehatan,” tambahnya.
“Sampai kemarin kami menerima kabar ini,” imbuhnya.
Hingga artikel ini diturunkan, Tribunjabar.id tengah mencari informasi mengenai mahasiswa yang menjadi tahanan Israel tersebut lebih lanjut.
Serangan Masif Israel Buat 84 Persen Fasilitas Kesehatan Gaza Rusak
Dilansir dari Tribunnews, adan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA) melaporkan hampir 84 persen fasilitas kesehatan di Gaza kini telah rusak parah akibat serangan rudal Israel sejak 7 Oktober 2023.
Tak hanya itu imbas pengeboman yang dilakukan militer Israel secara terus-menerus membuat belasan rumah sakit terpaksa menutup layanannya.
Hingga tersisa 4 dari 22 fasilitas kesehatan UNRWA yang masih beroperasi.
Bahkan dari unggahan foto yang dibagikan UNRWA, RS Sheikh Radwan kini tinggal tersisa puing-puing akibat serangan Israel di Gaza utara.
Dalam unggahan tersebut tampak seluruh kaca penutup ruangan lantai 1 pecah, sedangkan banguanan di lantai 4 dari RS Sheikh Radwan rusak parah.
“Karena pemboman yang terus berlanjut dan pembatasan akses, hanya 4 dari 22 fasilitas kesehatan UNRWA yang masih beroperasi,” ujar badan PBB itu dalam pernyataannya di X dikutip dari Almayadeen
Pemerintah Palestina tidak merinci berapa total kerugian yang dialami negaranya akibat serangan Israel,.
Namun menurut laporan analis Dana Investasi Palestina, Mohammed Mustafa setidaknya pemerintah pusat perlu menggelontorkan dana sebesar 15 miliar untuk membangun kembali perumahan di Jalur Gaza yang telah hancur.
Angka tersebut menunjukkan biaya rekonstruksi yang jauh lebih besar dibandingkan anggaran untuk membangun kembali Gaza di tahun 2014 silam, tepatnya pasca perang antara Hamas dan Israel pecah selama tujuh minggu.
Saat itu pemerintah Qatar hanya menghabiskan biaya 1 miliar untuk membangun proyek perumahan dan sejumlah fasilitas pendukung untuk warga Palestina yang tinggal di Gaza.
Selain memicu kerusakan bangun dan infrastruktur kesehatan, serangan militer Israel juga telah membuat 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi.
Ratusan ribu orang bahkan harus hidup tanpa tempat berlindung di tengah ancaman krisis akut makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Korban Tewas di Gaza Bertambah 27.585 Orang
Dalam laporan yang dirilis Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza, pasca perang memasuki hari ke-124 korban tewas mengalami peningkatan mencapai 27.585 orang.
Adapun total korban tewas ini sebagian besar didominasi oleh anak-anak dan perempuan Gaza.
Sementara itu dalam laporan terpisah Kementerian Kesehatan Gaza mengungkap serangan rudal Israel telah membuat 66.978 orang mengalami luka parah di tengah sulitnya mendapat akses medis.