Peringatan Keras dari IMF: 4 Faktor Ini Bikin Ekonomi Dunia Goyang!
International Monetary Fund (IMF) dalam Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) menyampaikan beberapa hal penting yang bisa menggoyang perekonomian dunia. Di antaranya adalah suku bunga yang diperkirakan tetap tinggi hingga pekerjaan manusia yang berpotensi digantikan Artificial Intelligence (AI).
Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) ke-54 kembali digelar. Forum ternama ini diadakan di Davos, Swiss, pada Senin (15/1/2024) hingga Jumat (19/1/2024).
KTT ini menjadi tuan rumah bagi pemerintah dari lebih dari 100 negara serta semua organisasi internasional besar. Tema tahun ini adalah “Membangun Kembali Kepercayaan”, yang sepertinya merupakan kelanjutan dari tema tahun 2022 “Bekerja Bersama, Memulihkan Kepercayaan”, ketika sebagian besar dunia masih dilanda virus Covid Omicron.
Tahun ini, https://38.180.14.226/ temanya dibagi menjadi empat kategori yaitu mencapai keamanan dan kerja sama di dunia yang terpecah, menciptakan pertumbuhan dan lapangan kerja untuk era baru, kecerdasan buatan sebagai kekuatan pendorong perekonomian dan masyarakat, serta strategi jangka panjang untuk iklim, alam dan energi.
Selain itu, KTT ini juga akan berupaya untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dasar konsistensi, transparansi, dan akuntabilitas di antara para pemimpin global, serta memulihkan lembaga kolektif.
Pembahasan ini merupakan upaya “kembali ke dasar”, yang diharapkan dapat meningkatkan perbincangan antara para pemimpin bisnis global, pemerintah, dan masyarakat sipil agar mereka dapat bekerja sama untuk memanfaatkan kemajuan teknis dalam industri, ilmu pengetahuan, dan masyarakat.
Hingga saat ini, terdapat setidaknya empat poin penting yang menjadi kekhawatiran global dan perlu dicermati bersama mengingat hal ini akan sangat berdampak secara menyeluruh.
Situasi Eropa yang Memburuk Karena Jerman
Badan statistik federal Jerman, Destatis, mengatakan output mengalami kontraksi sebesar 0,3% year on year/yoy. Jerman juga kemungkinan akan mengalami penurunan output Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 0,3% pada kuartal terakhir tahun 2023.
Bank Sentral juga merevisi data kuartal ketiga (Q3) dari kontraksi 0,1% menjadi stagnasi. Ini berarti Jerman terhindar dari resesi teknis akhir tahun akibat pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Perlu diketahui, perekonomian Jerman menghadapi tantangan berat sejak perang Rusia di Ukraina yang menyebabkan inflasi, khususnya biaya energi melonjak. Lonjakan harga ini berkontribusi terhadap penurunan tajam sektor manufaktur di Jerman yang haus energi sementara sektor konstruksi juga terkena dampaknya.
Sebenarnya, lemahnya kinerja perekonomian sudah diperkirakan secara luas. IMF memperkirakan bahwa Jerman akan menjadi satu-satunya negara maju yang tidak mengalami pertumbuhan pada tahun 2023.
Meningkatnya persaingan dengan China, yang pernah menjadi tujuan utama barang-barang buatan Jerman juga menjadi sebab lain. Belum lagi, kenaikan suku bunga zona Eropa yang agresif untuk mengendalikan inflasi semakin menambah kesengsaraan Jerman.
China Perlu Reformasi Struktural untuk Atasi Ekonomi yang Lambat
Dilansir dari CNBC International, Kepala IMF memperingatkan China bahwa pemerintahannya memerlukan reformasi struktural untuk menghindari “penurunan tingkat pertumbuhan yang cukup signifikan.”
Kristalina Georgieva selaku Direktur Pelaksana IMF mengatakan China menghadapi tantangan jangka pendek dan jangka panjang.
Dalam jangka pendek, dia mengatakan sektor properti China masih perlu “diperbaiki,” seiring dengan tingginya tingkat utang pemerintah daerah. Dalam jangka panjang, Georgieva mencatat perubahan demografis dan “hilangnya kepercayaan.”
“Pada akhirnya, yang dibutuhkan China adalah reformasi struktural untuk terus membuka perekonomian, untuk menyeimbangkan model pertumbuhan lebih mengarah pada konsumsi domestik, yang berarti menciptakan lebih banyak kepercayaan pada masyarakat, sehingga [mereka] tidak menabung, melainkan mereka membelanjakan lebih banyak,” kata Georgieva.
“Semua ini akan membantu China menghadapi apa yang kami prediksi jika tidak ada reformasi, yaitu penurunan tingkat pertumbuhan yang cukup signifikan di bawah 4%,” tambahnya.
Pemangkasan Suku Bunga Bank Sentral Jangan Buru-Buru
Gita Gopinath, wakil direktur pelaksana pertama IMF, mengatakan inflasi diperkirakan akan turun tidak terlalu tajam dibandingkan tahun lalu karena ketatnya pasar tenaga kerja dan tingginya inflasi jasa di AS, kawasan euro, dan negara lain.
Oleh karena itu, Gopinath menegaskan agar mengenai pemikirannya perihal ekspektasi ‘prematur’ seputar penurunan suku bunga yang agresif.
“Berdasarkan data yang ada, kami memperkirakan hal ini akan lebih mungkin terjadi pada paruh kedua tahun ini,” katanya.
Probabilitas soft landing akan semakin meningkat karena inflasi melandai tanpa banyak kerugian dalam aktivitas ekonomi. Hal ini sangat berbeda dengan yang namanya hard landing.
Dalam jangka waktu yang lebih lama, ia memperkirakan rata-rata suku bunga akan terus lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode setelah krisis keuangan besar, pada tahun 2008 dan 2019.
“Sekarang kita berada di dunia dimana kita mengalami lebih banyak guncangan pasokan yang jauh lebih parah, dan kita telah melihat bahwa inflasi dapat kembali naik dengan cukup kuat,” ujar Gopinath.
AI Siap Kendalikan 40% Pekerjaan Manusia
Georgieva memperkirakan AI akan mengendalikan 40% pekerjaan manusia. Negara-negara maju akan merasakan lebih banyak manfaat dan risiko dari teknologi AI ketimbang mereka yang ada di negara berkembang.
AI akan berdampak pada pekerjaan dengan keterampilan tinggi. Lebih dari setengahnya, sekitar 60%, pekerjaan di negara maju yang akan terdampak teknologi canggih itu.
Menurutnya, AI akan memberikan berbagai dampak. Mulai dari meningkatkan produktivitas dan sisi lain juga bisa menghilangkan sebuah pekerjaan.
“Sekitar setengah pekerjaan akan mendapatkan manfaat dari integrasi AI, menjadi lebih produktif. Untuk setengah lainnya, aplikasi AI akan menjalankan tugas utama yang sekarang dilakukan manusia, ini akan menurunkan permintaan tenaga kerja, membuat upah menurun dan mengurangi perekrutan,” jelasnya.
Dampak AI juga pernah diungkapkan Goldman Sachs. Dalam laporan bulan Maret 2023 lalu, sekitar 300 juta pekerjaan kemungkinan akan terganggu karena AI.
Sementara menurut wakil presiden LinkedIn Annesh Raman, AI akan mengurangi nilai pada keterampilan teknis. Keberadaannya akan membuat fokus tertuju pada soft skill.