Kabar Buruk dari China Pukul Rupiah Tembus Rp 15.500

Kabar Buruk dari China Pukul Rupiah Tembus Rp 15.500

Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)

Mata uang Garuda melemah pada perdagangan pekan ini karena tekanan dari ekonomi China yang melemah.

Rupiah sempat menguat pada perdagangan awal pekan di tengah optimisme para pelaku pasar terhadap kebijakan dovish Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserves (The Fed) https://hellokas.site/ seiring data tenaga kerja yang melemah.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat tipis di angka Rp15.505/US$ atau terapresiasi 0,03%. Penguatan ini berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi Kamis (7/12/2023) sebesar 0,13%. Sedangkan secara mingguan, rupiah melemah 0,16% terhadap dolar AS.

Jumlah orang AS yang mengajukan tunjangan pengangguran naik tipis sebesar 1.000 menjadi 220.000 pada pekan yang berakhir tanggal 2 Desember, sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 222.000, namun menandai angka tertinggi kedua sejak September.

Hasil ini memperpanjang tren saat ini dimana pasar tenaga kerja AS menunjukkan tanda-tanda penurunan dari tingkat pengetatan yang terlihat pada awal tahun.

Data klaim pengangguran awal melengkapi data pekerja yang sebelumnya telah dirilis sebagai acuan investor meproyeksi kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserves (The Fed).

 

Jumlah lowongan pekerjaan mengalami penurunan sebesar 617.000 dari bulan sebelumnya menjadi 8,73 juta pada Oktober 2023, menandai level terendah sejak Maret 2021 dan berada di bawah konsensus pasar sebesar 9,3 juta.

Bisnis swasta di AS mempekerjakan 103 ribu pekerja pada November 2023, di bawah revisi turun 106 ribu bulan Oktober dan ekspektasi sebesar 130 ribu.

Sementara itu, pertumbuhan upah terus melambat, dengan mereka yang tetap bekerja mengalami kenaikan gaji sebesar 5,6%, yang merupakan kenaikan gaji terkecil sejak September 2021.

Para pekerja yang berpindah pekerjaan mengalami kenaikan gaji sebesar 8,3%, yang merupakan peningkatan terendah sejak Juni 2021.

Angka pekerjaan yang cenderung melandai membuat potensi inflasi AS yang dapat ditekan ke depan mengingat jumlah lowongan kerja yang tersedia semakin berkurang sehingga kesempatan bekerja bagi tenaga kerja semakin sedikit.

Inflasi AS yang melandai dan terus mendekati target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yakni 2% mengindikasikan bahwa suku bunga The Fed berpotensi tidak mengalami kenaikan ke depan.

Saat ini suku bunga The Fed berada di level 5,25-5,5%. Sementara survei pelaku pasar CME FedWatch menunjukkan bahwa pertemuan Desember 2023 dan Januari 2024 berpotensi The Fed menahan suku bunganya dan pasar berekspektasi cut rate akan dilakukan pada Maret 2024 sebesar 25 basis poin (bp).

Namun, kabar dari China menjadi pemberat langkah Rupiah untuk tetap bertahan di level Rp15.400-an.

Ekonomi China diproyeksikan melambat pada 2024 dan akan mengalami soft landing. Perlambatan tersebut berampak bagi Indonesia yang merupakan mitra dagang dalam hal ekspor-impor serta salah satu investor besar di Tanah Air.

Dilansir dari Reuters, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan perekonomian China diperkirakan tumbuh 5,4% tahun 2023, setelah mengalami pemulihan yang “kuat” pasca Covid. Sedangkan untuk tahun depan, IMF memperkirakan pertumbuhan akan lebih lambat.

China oleh Moody’s. Lembaga pemeringkat berbasis di Amerika Serikat (AS) ini menurunkan ‘outlook’ peringkat utang A1 China menjadi “negatif” dari “stabil”.

Moody’s mengatakan penurunan terjadi akibat biaya untuk memberikan dana talangan (bailout) kepada pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan negara akan membebani perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut. Belum lagi rencana untuk mengendalikan krisis properti.

Kondisi China saat ini dan tahun depan dapat memberikan tekanan bagi Indonesia apalagi China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.

Sebagai catatan, real estat dan sektor terkait menyumbang lebih dari seperempat perekonomian Tiongkok. Kondisi China ini berpotensi mempengaruhi ekonomi Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*