Harga jual Pertalite (RON 90) yang termasuk pada jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi terpantau belum dilakukan penyesuaian harga sejak terakhir kali dilakukan pada September 2022 lalu. Harga yang dibanderol saat ini pun sebesar Rp 10.000 per liter.
Namun sebenarnya berapa harga keekonomian alias pasar BBM bersubsidi tersebut?
Menjawab hal itu Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov telah melakukan perhitungan terhadap berapa nilai keekonomian Pertalite (RON 90). Dia mengatakan berdasarkan perhitungannya, nilai keekonomian Pertalite sebesar Rp 10.200 yang mana hal itu hanya berbeda tipis dengan harga jual saat ini.
“Pertalite itu harga jualnya Rp 10.200 kalau yang sekarang harga jualnya Rp 10.000. Artinya masih di atas (harga jual saat ini) kan gitu. Memang gak terlalu jauh. Harga keekonomiannya Rp 10.200 harga Pertalite,” ujarnya kepada CNBC Indonesia saat dihubungi, dikutip Jumat (28/4/2023).
Dia mengatakan, hasil perhitungannya tersebut berdasarkan harga minyak mentah dunia yang saat ini berkisar US$ 75 per barel dan asumsi kurs Rp 14.800 per US$.
Namun, walaupun hanya berbeda tipis dengan harga jual Pertalite saat ini, dia mengatakan sulit bagi pemerintah untuk melakukan penurunan harga jual Pertalite saat ini. Hal itu disebabkan nilai keekonomian yang terhitung saat ini masih di atas harga jual Pertalite.
“Memang Pertalite harganya masih di atas harga jual saat ini. Jadi potensi melakukan penurunan harga masih agak tipis, masih sulit lah, harga keekonomian masih di atas harga jual saat ini,” tambahnya.
Tetapi dengan kemungkinan yang kecil tersebut, Abra menilai pemerintah bisa saja menurunkan harga jual Pertalite apabila pemerintah mengalokasikan anggaran kompensasi subsidi BBM untuk tahun ini.
“Tapi itu pilihan untuk melakukan penurunan harga BBM bersubsidi masih mungkin. Walaupun ICP US$ 75 (per barel), kurs juga diatas asumsi Rp 14.800 (per US$) masih dimungkinkan dilakukan penurunan harga, kalau pemerintah mengalokasikan anggaran kompensasi tahun ini untuk melakukan penurunan harga Pertalite,” pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan bahwa harga Pertalite bisa diturunkan di bawah Rp 10.000 per liter apabila harga minyak mentah dunia sudah menyentuh US$ 65 per barelnya.
“Kalau dugaan kami ya, antara dari (harga minyak mentah) US$ 65, kita harus berhitung, bahwa ini (Pertalite) memang sebetulnya harus diturunkan gitu ya. Kita lihat apakah harga minyak sudah US$ 65. Kalau belum, itu kayaknya sih belum (turun harga Pertalite),” jelasnya saat ditemui di Gedung BPH Migas, Jakarta, Senin (10/4/2023).
Seperti diketahui, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) per hari ini, Senin (10/4/2023) terpantau melonjak hingga US$ 80,9 per barel. Sedangkan untuk jenis minyak Brent berada di angka US$ 85,22 per barel. Harga minyak saat ini kembali melonjak setelah pada pertengahan Maret lalu sempat menurun hingga di bawah US$ 70 per barel.
Lebih lanjut, Tutuka menjelaskan bahwa dengan harga minyak mentah yang melonjak hingga di atas US$ 80 per barel saat ini, maka BBM Pertalite masih membutuhkan guyuran subsidi dari Pemerintah.
“Kan naik lagi harga minyak US$ 80 lebih. Masih lebih, orang (harga) sampai US$ 70 sampai US$ 65 kita hitung kan. Tapi ini naik lagi harga minyak. Jadi tetap lebih diperlukan subsidi lah,” tambahnya.
“Ya ya ya, kita akan berhitung,” jawab Tutuka saat ditanya apakah harga jual Pertalite bisa sampai di bawah harga jual yang berlaku saat ini apabila harga minyak kian menurun hingga US$ 65 per barel.