International Monetary Fund (IMF) mengungkapkan, eksposur langsung dan investor Asia terhadap bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat sangat minim. Namun, ada hal lebih penting yang harus diwaspadai, yakni tingkat utang.
Direktur Departemen Asia dan PasifikIMF KrishnaSrinivasan, mengungkapkan risiko keuangan, dan tekanan perbankan global kepada pasar keuangan di Asia masih terbatas.
Kurva imbal hasil US Treasury yang menurun secara subtansial, membuat obligasi negara-negara Asia makin dilirik investor. Hal ini pula yang akhirnya mendorong penguatan mata uang negara di Asia.
“Namun, kantong-kantong kerentanan tetap ada, terkait dengan leverage dan risiko yang tinggi di sektor real estat. Pengawas keuangan perlu tetap waspada,” jelas Srinivasan dalam Press Briefing Regional Economic Outlook Asia and Pacific, Kamis (14/4/2023) dini hari.
Sementara itu, pada kebijakan fiskal, lanjut Srinivasan memandang terdapat risiko terkait utang yang tinggi dan kenaikan suku bunga.
“Tingkat utang publik di wilayah ini (Asia) meningkat secara signifikan dibandingkan sebelum pandemi,” ujarnya.
IMF melihat bahwa, sebagian besar pemerintah di negara-negara kawasan Asia akan memperketat anggaran fiskalnya di tahun ini dan tahun depan.
Namun, konsolidasi yang dilakukan mungkin tidak akan cukup untuk mengurangi tingkat utang. Diperparah dengan tingkat suku bunga yang sangat tinggi, sehingga beban utang semakin berat.
“Konsolidasi yang diproyeksikan mungkin tidak cukup untuk stabilkan utang, dan kenaikan suku bunga membuat beban utang semakin berat,” jelas Srinivasan.